Mengendalikan Perasaan dengan Berhitung
- Senarai
- Aug 11, 2020
- 3 min read
Updated: Oct 2, 2020
Hi Pai!
Udah lama nih sejak postingan terakhir yang aku publish hihi. Liburan gini bukannya produktif menulis malah akhirnya cuma mager-mageran ditemenin film sama buku dong. Udah engga ada kelas, engga ada kerjaan, eh akhirnya malah buka-buka arsip kenangan lama. Ujungnya kewalahan sendiri karna engga bisa rapiin perasaan lagi hahaha.
Btw, Kalo ngomongin perasaan sih pasti klasifikasinya banyak banget ya Pai. Kebetulan banget kemarin aku nemu Feeling Wheel nih di Twitter.

Saat kamu membaca ini, kira-kira kamu lagi merasakan klasifikasi yang warna apa nih Pai? Aku harap kamu lagi menguning ya, Amiiin.
Karna banyaknya jenis perasaan, sering banget kita sendiri engga bisa mendefinisikan perasaan apa yang lagi kita rasain. Selain itu aku sendiri juga suka sebel sama perasaan yang susah banget diatur. Misalnya perasaan jatuh cinta, kesal, dan kangen hehehe. (Padahal itu ngga ada di Feeling Wheel xixixi)
Tuhan memberikan kita hati tanpa memberi hak ke kita buat mengatur. Kita engga bisa menolak perasaan kesal saat sebenernya kita engga pengin kesal ke orang. Kita juga engga bisa tiba-tiba menghentikan rasa suka kita ke seseorang meski sebenernya kita udah tersiksa banget. Tapi sebagai manusia, beruntungnya kita bisa mencoba untuk mengendalikannya.
Nah, kalo aku sendiri punya strategi buat mengendalikan beberapa jenis perasaan yang sering dateng di kehidupan sehari-hari. Dan strategi yang aku pilih adalah dengan menghitung. Gimana cara menghitungnya? Bisa kalian simak nih pada Senarai di bawah ini :
1. Menghitung sampai angka tiga saat ingin menangis.
Kenapa cuma sampai tiga? Karna bagiku air mata adalah ungkapan ekspresi yang paling jujur, itulah kenapa aku sendiri memang sering dapat julukan 'Teman Tercengeng' hiks.
Kebanyakan manusia merasa dirinya akan terlihat hebat saat mampu untuk kuat menahan air mata. Tapi itu semua tidak akan berlaku saat semuanya sudah terasa begitu sesak. Air mata bukan simbol dari kelemahan. Dengan menangis justru akan menjadi proses bagi kita untuk lebih jujur ke diri kita sendiri. Menunda kesedihan cukup sampai batas wajar aja, karna jika kamu melewatinya penderitaanmu justru akan semakin menyesakkan.
Coba deh, kalo kamu tiba-tiba udah engga kuat tapi masih gengsi ke diri sendiri buat nangis, kamu itung tuh di dalam hati sampai angka tiga. Oiya, jangan lupa ya menghitungnya sambil senyum hehe. Ketika akhirnya kamu menangis, keluarin aja semua kesedihanmu melalui air mata itu. Dan ketika ternyata kamu tidak meneteskan air mata, I'm sure you are stronger than you think!
2. Menghitung sampai angka sepuluh saat ingin marah
Tujuannya apa sih mau marah harus menghitung dulu? Bagiku marah juga harus dipertimbangkan Pai. Apakah saat aku marah, kemarahanku memberi perubahan pada keadaan? Apakah perubahan yang terjadi adalah perubahan yang baik atau malah menjadi lebih buruk?
Nah saat kita menghitung sampai angka sepuluh, di situ kita punya jeda dari puncak emosi ke pengungkapannya. Dimana bisa kita gunakan untuk mempertimbangkan perlu atau tidaknya kemarahan kita diungkapkan. Saat sudah mempertimbangkan, tentu pada akhirnya kemarahan kita tidak akan meledak-ledak begitu saja.
Ketika selesai menghitung kita masih ingin mengungkapkan kemarahan, kita bisa memastikan bahwa otak kita telah siap dengan bentuk pengungkapan kemarahan, sehingga bisa meminimalisir jika itu merugikan orang lain. Dan ketika pada angka sepuluh emosi kita sudah mereda, biasanya diam adalah pilihan terbaik untuk kembali menstabilkan emosi.
3. Menghitung sampai angka seratus saat ingin mengungkapkan sesuatu kepada orang lain.
Yang terakhir ini adalah kategori perasaan dengan definisi yang lebih luas dari sebelumnya. Karna saat kita ingin mengungkapkan sesuatu bentuknya bermacam-macam. Seperti ingin mengungkapkan rindu, suka, benci, menyesal, kecewa, dsb.
Nah disini aku mau coba jelasin ketika kita ingin mengungkapkan kebencian Pai. Saat kita benci seseorang tentu akan lebih baik jika kita bisa mengungkapkannya agar tidak mengendap di hati dan berujung dengki. Mengungkapkan kebencian bukan berarti harus dengan mencaci-maki. Kita bisa saja memberikan kritik mengenai sikap mereka yang membuat kita benci dan sebaiknya kita juga menyertakan saran agar mereka bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
Tapi masalahnya, tidak semua orang terbuka akan sebuah kritik. Nah perhitungan hingga angka seratus ini memberikan kita kesempatan untuk mempertimbangkan bagaimana karakter orang yang akan kita beri kritik. Jika kita melakukannya apakah dia bisa menerima dengan baik? Apakah dia tidak akan marah? Bagaimana kata-kata yang pas agar tidak menyinggung hatinya?
Dari hitungan satu sampai seratus tentu saja diperuntukkan dalam keadaan benci yang sudah tidak bisa terbendung lagi ya Pai. Begitu juga dengan kasus perasaan lain.
Kita ambil contoh untuk mengungkapkan rindu, misalnya ke mantan nih hahaha. Jika seandainya sampai pada hitungan seratus kita rasa doi masih perlu untuk tahu bahwa kita merindukannya, maka katakanlah. Tapi jika kita baru menghitung sampai pada angka tujuh puluh dua kita sudah bisa melupakannya, tentu saja kebanyakan orang akan memilih memendam rasa rindu itu lagi daripada akhirnya menciptakan kecanggungan.
Itu dia Pai, beberapa strategi yang akhir-akhir ini aku gunakan untuk menstabilkan perasaanku di kala pandemi. Kebanyakan gabut memang tidak baik untuk kesehatan hati. Seringkali akhirnya perasaan-perasaan aneh muncul karna pikiran kita tidak bisa berhenti jalan-jalan kesana kemari. Apalagi sebagai overthinker sejati. Hahaha.
Semoga Senarai kali ini bisa membantu kalian semua dalam menanggulangi fluktuasi perasaan yang engga karuan ya Pai. Terima kasih sudah membaca hingga sejauh ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya!
Comments